Fakta Tersembunyi di Balik Lebaran dan Ketupat yang Jadi Tradisi di Indonesia
Fakta Tersembunyi di Balik Lebaran dan Ketupat yang Jadi Tradisi di Indonesia
Sebulan penuh sudah umat Muslim di Indonesia menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Sekarang (5/6/2019), kita akan merayakan hari Idul Fitri 1440 H.
Di Indonesia, Idul Fitri selalu dinanti karena saat itulah sanak saudara berdatangan dari jauh untuk saling mengucap maaf, bersilaturahmi, dan menyantap aneka makanan enak bersama-sama.
Nah, kali ini surya.co.id akan membeberkan sejumlah fakta menarik yang mungkin belum kamu ketahui.
1. Lebaran
Kita semua tentu tak asing dengan istilah Lebaran yang diasosiasikan dengan Idul Fitri. Namun tahukah kamu bahwa istilah Lebaran sebenarnya diserap dari tradisi Hindu.
Menurut MA Salmun dalam artikelnya yang dimuat di majalah “Sunda” pada tahun 1954, lebaran berarti ‘selesai, usai, atau habis’. Dalam konteks Ramadhan, istilah ini dipakai untuk menandai berakhirnya puasa.
Mengapa sampai kemudian istilah ini dipakai? Bisa jadi, itu merupakan strategi para Wali di tanah Jawa agar umat Hindu yang saat itu baru memeluk Islam, tidak asing dengan agama yang baru dianutnya.
Namun makna itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Bahkan sebagian orang Jawa memiliki makna berbeda mengenai kata Lebaran. Ada yang menganggap, Lebaran berasal dari bahasa Jawa yaitu “wis bar” atau sudah selesai.
Maksudnya, sudah selesai menjalankan ibadah Puasa. Bar sendiri dianggap sebagai bentuk sederhana dari kata Lebar yang artinya telah usai.
2. Ketupat
Ketupat atau nasi lontong yang dikemas di dalam janur yang dijalin sedemikian rupa, adalah menu makanan tradisional yang selalu ada saat Lebaran, khususnya sejak hari ketujuh setelah jatuhnya 1 Syawal.
Umumnya, ketupat disajikan dengan menu lain seperti opor ayam. Tapi tahukah anda bahwa Ketupat yang memang asli Indonesia memiliki makna yang dalam?
Dalam tradisi Jawa yang kerap membangun simbol-simbol, Ketupat atau Kupat menyimpan makna simbolis yang berarti mengaku salah. Kupat sendiri, adalah akronim dari Ngaku Lepat atau mengakui kesalahan.
Karenanya, dengan memberikan atau menghidangkan ketupatuntuk orang lain, dapat dimaknai sebagai ungkapan pengakuan salah sekaligus permintaan maaf.
Lantas dari mana tradisi kupat atau ketupat itu muncul? Lagi-lagi, sejumlah pendapat menyebut bahwa itu tak lepas dari peran para Wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Tujuannya untuk membuat umat yang baru saja hijrah dari Hindu ke Islam, tidak lagi asing dengan agama yang baru dianutnya.
Nah, sekarang sudah tahu kan? Tetapi terlepas dari apapun asal muasalnya, yang jelas, Lebaran atau Idul Fitri harus menjadi momentum bagi kita sesama umat Muslim untuk memaafkan satu sama lain.
Sumber: tribunnews.com
Label: KELUARGA
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda